Scroll untuk baca berita
Jawa TengahSemarangSeni & Budaya

PSMTI Jawa Tengah Terima Benda Penghormatan Leluhur dari Lurah Jomblang Kota Semarang

1208
×

PSMTI Jawa Tengah Terima Benda Penghormatan Leluhur dari Lurah Jomblang Kota Semarang

Sebarkan artikel ini
Ketua PSMTI Jawa Tengah Bambang Wuragil, didampingi beberapa pengurus yang lain berfoto bersama Lurah Jomblang Henry Nurcahyo, usai penyerahan Bongpay atau batu nisan sebanyak 17 buah di depan Balai Kelurahan Jomblang, Kecamatan Candisari, Kota Semarang, Jum'at (15/03/2024). Foto : Absa

SEMARANG, kabarnusa.id–  Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Jawa Tengah menerima penyerahan Benda Penghormatan Leluhur atau Bongpay dari Lurah Jomblang, Kecamatan Candisari, Kota Semarang, Jum’at siang (15/03/2024).

Bongpay atau batu nisan sebanyak 17 buah tersebut, diserahkan oleh Lurah Henry Nurcahyo dan diterima langsung Ketua PSMTI Jawa Tengah Bambang Wuragil, didampingi beberapa pengurus yang lain di depan Balai Kelurahan Jomblang.

“Saya kira saat dulu digusur, banyak yang seperti ini (Bongpay) yang terbengkalai kemudian dimanfaatkan oleh penduduk. Mungkin ada yang buat tembok, ada yang seperti ini jadi tutup selokan. Saya kira mungkin mereka tidak mengerti saja, mungkin ini dianggap barang terbengkalai, jadikan dimanfaatkan. Saya kira kita positif saja, tidak ada masalah,”  jelasnya kepada Wartawan.

Disampaikan pula, menanggapi keprihatinan masyarakat, pihaknya akan mengusulkan kepada Pemerintah Kota Semarang, untuk nantinya agar dibuatkan museum peninggalan sejarah Tionghoa, agar bisa menjadi tempat kunjungan wisata atau tempat edukasi sejarah Kota Semarang.

“Ini kalau bisa, Pemerintah Kota Semarang bisa mendirikan museum. Sehingga bisa jadi tempat pariwisata, Semarang bisa banyak dikunjungi, itu jadi bisa bermanfaat kalau Bongpai itu kita kumpulkan. Kita nanti akan surati Pemkot lagi, lalu kita bisa mengadakan seminar, supaya pemanfaatannya bisa lebih baik lagi,” urainya di depan Balai Kelurahan Jomblang, Kecamatan Candisari, Kota Semarang.

Melihat situasi seperti itu, lanjutnya, pihaknya memahami bahwa mungkin penduduk setempat saat itu membutuhkan penutup selokan. Oleh karena itu, pihaknya akan mengganti penutup selokan itu dengan beton atau benda lain yang serupa fungsi dan manfaatnya.

“Kita berterima kasih ini kepada Pak Henry, Pak Lurah. Bahwa apa yang akan kita lakukan penggantian ternyata sudah dilakukan beliau. Luar biasa sekali beliau ini, tanggap sekali,” ungkapnya.

Di tempat yang sama Lurah Jomblang Henry Nurcahyo menyatakan, bahwa pihaknya sebagai lembaga pemerintah memberikan edukasi kepada warganya untuk lebih menghormati budaya pihak lain.

“Ya sekalian memberikan edukasi, karena selama inikan warga tidak tahu. Karena seperti Bongpay ini, mereka tahu dan dapat dari mbah-mbahnya yang dulu. Dengan seperti inikan kita bisa juga edukasi dan sosialisasi, apabila ada Bongpay di rumah-rumah mereka bisa menginfokan. Bongpay ini ada 17, kebanyakan ada di RW 13,” terangnya.

Dan saat ini, lanjut Henry, pihaknya juga masih melakukan pendataan di lingkungan warga wilayah kerjanya Kelurahan Jomblang, agar warganya yang masih memiliki atau menyimpan dan ada di sekitar rumahnya untuk segera menginformasikan.

“Kalau target sampai kapan pendataan, ya tidak ada target. Kalau ada info ya kami komunikasikan,” ungkapnya.

Pemerhati sejarah Tionghoa Bram Luska (38), warga Jalan MT Haryono, Semarang mengatakan, jika 17 Bongpay yang berhasil ditemukan dan diserahkan Lurah Jomblang tersebut, usia paling tua adalah kisaran tahun 1901dari Ghuangzou, Cina.

“Yang masih bisa Saya baca ini yang paling tua, tahun 1901 dari Ghuangzou. Kalau yang ini tahun 1931. Ini yang lain belum bisa dibaca karena ini terbalik. Ini beratnya satu Bongpay sekitar 500-600 kilogram,” paparnya sembari menunjuk beberapa Bongpay.

Tanggapan Tenaga Ahli Wali Kota

Tenaga ahli Wali Kota Semarang bidang Sosial Budaya Immanuel Adhi Siswanto Wisnu Nugroho menilai, bahwa Bongpai atau batu nisan leluhur Tionghoa atau Cina di Indonesia itu, merupakan bagian dari warisan kebudayaan Kota Semarang yang perlu dilestarikan.

Karena warga Kota Semarang berasal dari berbagai keturunan dan berbagai budaya, sehingga keberadaan Bongpai itu dapat dijadikan sebagai sebuah sejarah, yang dapat diinvestasikan diarsipkan dalam sebuah museum, sebagai bentuk penghargaan kepada nilai-nilai budaya yang ada di Kota Semarang.

“Karena Semarang ini identik dengan budaya Jawa, budaya Cina dan budaya Arab. Nah pemilik kebudayaan itu ingin, agar peninggalan leluhur itu bisa diarsipkan, sehingga dapat mengerti bagaimana sejarahnya. Tapi yang jelas, itu menjadi aset budaya yang besar Kota Semarang dan perlu dilestarikan sebagai bentuk penghargaan terhadap nilai-nilai budaya,” terangnya.

Dikatakan pula oleh Adhi Siswanto, sangat mengapresiasi jika ada suatu organisasi yang mau peduli dan perhatian terhadap keberadaan Bongpai yang sudah beralih fungsi menjadi tutup selokan dan lain-lain, apalagi mau juga memberikan penggantian kepada masyarakat, terkait alih fungsi tersebut.

“Kami menilai ini patut kita dukung dan kita memberikan masukan kepada Wali Kota Semarang, agar kajian ini beliau memperhatikan. Karena merupakan program yang baik, sebagai bentuk penghargaan terhadap suatu nilai-nilai budaya yang perlu dilestarikan,” tegasnya.

Absa

Caption : Ketua PSMTI Jawa Tengah Bambang Wuragil, didampingi beberapa pengurus yang lain berfoto bersama Lurah Jomblang Henry Nurcahyo, usai penyerahan Bongpay atau batu nisan sebanyak 17 buah di depan Balai Kelurahan Jomblang, Kecamatan Candisari, Kota Semarang, Jum’at (15/03/2024). Foto : Absa

Ketua PSMTI Jawa Tengah Bambang Wuragil, didampingi beberapa pengurus yang lain berfoto bersama Lurah Jomblang Henry Nurcahyo, usai penyerahan Bongpay atau batu nisan sebanyak 17 buah di depan Balai Kelurahan Jomblang, Kecamatan Candisari, Kota Semarang, Jum’at (15/03/2024). Foto : Absa
Jasa Pembuatan dan Maintenance Website Murah

Tinggalkan Balasan