Menjadi salah satu ormas yang paling gencar menyuarakan gerakan anti khilafah, wahabi, politik identitas, intoleransi dan radikalisme terorisme, Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu (PNIB) mengalami banyak kendala dan tekanan. PNIB yang lahir dari kesadaran mempertahankan NKRI dari gangguan paham dan ideologi asing atau banyak disebut transnasional, harus berhadapan dengan gerombolan pengacau yang notabene juga merupakan saudara anak bangsa sendiri.
Ketua PNIB AR Waluyo Wasis Nugroho (Gus Wal) dalam wawancara dengan awak media berbicara panjang lebar terkait perjuangannya yang selama ini hanya bermodal dengkul, tekad semangat, bahkan seperti nekat tentunya disertai dengan doa dan kepasrahan kepada alloh swt tuhan yang maha esa.
“Masyarakat harus diberikan penjelasan tantang bahaya laten virus khilafah, wahabi, Radikalisme terorisme dan politik identitas. Selama ini hanya dianggap riuh di media sosial, akan tetapi sebenarnya sudah menjalar ke pelosok daerah dengan massif diseluruh penjuru negeri. Pembangunan sekolah Wahabi di Wonosalam Jombang seluas 70 sampai 90 an hektar, Da’i-dai provokator yang bebas berdakwah menyuarakan dan mengkampayekan tentang khilafah untuk melakukan kudeta, intoleransi di tempat tempat ibadah dan rumah doa menjadi bukti masyarakat kita sedang diadu domba “papar Gus Wal”.
Kelompok HTI, FPI, JAT JAD yang sudah dibubarkan pemerintah karena tidak mengakui Pancasila sebagai dasar negara, ideologi azaz tunggal bangsa, tidak lantas membuat mereka berhenti bergerilya. Aksi penangkapan terduga teroris di berbagai daerah masih terjadi, menunjukkan sel-sel intoleransi, radikalisme dan terorisme terus tumbuh seiring penyebaran paham anti NKRI yang bergerak senyap.
“Virus wahabi dan khilafah yang ingin mengganti sistem dan mendirikan negara Islam di Indonesia didanai pihak luar yang menginginkan perang saudara di negeri kita. Mereka mengatasnamakan agama untuk mendegradasi tradisi dan budaya masyarakat. Menyerang kebijakan pemerintah tanpa argumentasi menjadi aktifitas keseharian mereka. Mencekoki pelajar dan generasi muda dengan menanamkan kebencian pada kaum minoritas telah melahirkan perpecahan di akar rumput” lanjut Gus Wal.
“Banyak kaum munafikun yang kelakuannya sudah terang-terangan. Mencaci maki pemerintah namun masih berharap bantuan sosial, demo menurunkan Presiden tapi masih numpang makan dan hidup pada negara. Mereka yang termakan provokasi dai penceramah provokatif sebenarnya tidak paham apa yang sebenarnya terjadi. Kebencian sesaat tetapi tidak paham efek jangka panjang bagi anak cucu mereka juga” jelas Gus Wal membeberkan argumentasinya.
PNIB dengan segenap upayanya yang terus mengedukasi masyarakat. Bersama tokoh agama dan elemen masyarakat setia berada di garis terdepan menentang aksi-aksi pemecah belah umat. Kirab merah putih di Bandung, Jakarta, Jogjakarta, Surabaya, Malang dan kota-kota lainnya akan terus dilakukan sebagai upaya mempererat persatuan dan kesatuan yang kini sedang terancam terpecah belah.
PNIB Berharap kepada pemerintah agar segera melarang dan membubarkan Gema Pembebasan yang aktif berkegiatan di kampus kampus menyuarakan dan mengkampanyekan propoganda Khilafah dikalangan pelajar, generasi muda dan mahasiswa, Gus Wal dan PNIB mendukung penuh Densus 88, BNPT, Polri Dan TNI untuk terus bekerja maksimal dalam upaya upaya mencegah, menangkal, memberantas dan menindak tegas segala macam bentuk Intoleransi Radikalisme Separatisme Terorisme yang bersumber dari rahim wahabi dan Khilafah.
“Perkuat Nasionalisme Kebangsaan, Agama dan Budaya (NASAB) demi membentengi rakyat dan bangsa Indonesia dari segala macam ancaman yang ingin mencerai beraikakan integrasi bangsa Indonesia, Saatnya Indonesia Setara, Indonesia Tanpa Koma” pungkas Gus Wal