“Keberhasilan pembangunan bangsa bukan dilihat dari berapa banyak gedung pencakar langit dibangun, berapa ribu kilometer jalan tol diresmikan, tetapi sesungguhnya diukur dari berapa banyak warga miskinnya berhasil dientaskan” –kalimat bijak—
Problem sosial di sebuah negara berpenduduk besar adalah pemerataan ekonomi dan kesejahteraan. Kemiskinan di daerah terluar jumlahnya berlipat dibanding di kota besar. Kondisi ekonomi yang terbatas akan menghasilkan keturunan dengan problem gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
Stunting ada di lapisan masyarakat kelas bawah, Pemerintah berkewajiban mengatasi denga segala upaya. Namun peran aktif kita yang peduli seringkali menginspirasi pemerintah.
Komunitas Peduli Sesama dalam koordinasi sosok Yogi Tanuwijaya menyikapi stunting dengan ide antisipasi mandiri. Sumbangan mesin pembuat susu kedelai menjadi sarana warga masyarakat Sumba Barat Daya memproduksi minuman bervitamin secara mandiri.
Anak-anak, balita dan ibu hamil antri setiap pagi mendapatkan susu kedele hasil olahan mesin sendiri, menjadi pemandangan yang melegakan. Mereka bisa mandiri jika diberi kail, bukan diberi ikan. Mereka hanya butuh kepedulian bukan sekedar sumbangan uang.
Sejenak membayangkan jika mesin pembuat susu kedelai ini disediakan pemerintah di setiap Posyandu, Tanaman kedele mudah tumbuh asal kita mau menanamnya. Lalu kesehatan ibu hamil dan anak-anak stunting membaik kondisinya karena ada yang bisa mereka perbuat secara mandiri.
Negeri kita kaya hasil bumi, itulah anugerah kasih Tuhan. Stunting adalah akibat sebagian kita yang kurang peduli pada sesama. Siapapun bisa menjadi penyebab kebaikan dengan menjadikan kepedulian berujud nyata. Bukan demi berharap puja dan sanjungan, tetapi menjadi kepanjangan tangan kasih Tuhan sebagai wujud syukur.
Komunitas Peduli Sesama telah melakukannya, virus kepedulian sosial disebar. Semua terjadi hanya berdasarkan ketulusan dan kasih, lalu Tuhan akan menunjukkan jalan terbaikk-Nya.
Salam Peduli Sesama