Scroll untuk baca berita
Jasa SEO Murah Terdekat
Politik

Yunius Suwantoro : Ada Perspektif Teoritis dan Sejarah Politik dalam Pergantian Logo PSI

46
×

Yunius Suwantoro : Ada Perspektif Teoritis dan Sejarah Politik dalam Pergantian Logo PSI

Sebarkan artikel ini

Jakarta – Kabarnusa | Partai Solidaritas Indonesia (PSI) kembali menjadi sorotan publik setelah secara resmi mengganti lambang partai dari bunga mawar menjadi simbol gajah. Pergantian ini bukan hanya perubahan visual semata, melainkan mencerminkan pergeseran makna ideologis, strategi politik, serta arah representasi simbolik dalam lanskap perpolitikan Indonesia yang terus dinamis.

Kader PSI Yunius Suwantoro dalam sesi wawancara di tengah gelaran Kongres di Solo menyampaikan pandangannya.

Jasa SEO Murah Terdekat

“Secara historis, simbol mawar telah lama digunakan oleh partai-partai berhaluan kiri atau sosial-demokrat di Eropa. Mawar merah melambangkan harapan, keadilan sosial, dan perjuangan kelas pekerja yang dilakukan dengan cara damai. PSI yang awalnya mengusung mawar, mengidentifikasikan diri sebagai partai anak muda progresif yang menjunjung nilai-nilai kesetaraan, toleransi, dan antikorupsi” jelas Yunius.

Lebih jauh Yunius menyoroti kekuatan simbol dalam semiotika politik. Menurutnya simbol baru mencerminkan kedewasaan politik.

“Namun, dengan pergeseran menuju simbol gajah, PSI tampaknya ingin meninggalkan citra sebagai partai idealis belaka dan masuk ke ranah kekuatan politik yang lebih mapan. Dalam kajian semiotika politik, gajah sering kali dikaitkan dengan kekuasaan, stabilitas, dan ingatan yang kuat. Simbol ini menggambarkan kedewasaan politik, ketegasan dalam berpikir strategis, serta kesabaran dalam menghadapi dinamika politik jangka panjang” lanjut Caleg PSI DPR RI 2024 tersebut.

“Gajah juga memiliki nilai simbolik dalam sejarah budaya Indonesia. Di berbagai kerajaan Nusantara, khususnya di Sumatra dan Jawa, gajah dipandang sebagai hewan mulia yang sering digunakan dalam upacara kenegaraan. Kehadiran gajah dalam lambang partai bisa ditafsirkan sebagai upaya mengaitkan partai dengan kekuasaan tradisional, nilai kebijaksanaan, dan otoritas moral” imbuhnya.

“Dari perspektif teori komunikasi politik, perubahan logo ini dapat dilihat sebagai bentuk re-branding, yaitu strategi membentuk ulang citra publik partai untuk memperluas basis pemilih. PSI, yang sebelumnya dikenal sebagai partai “anak muda kota”, kini tampaknya ingin menjangkau kelompok pemilih yang lebih konservatif, nasionalis, dan mapan secara politik”

“Penggunaan simbol gajah juga menandakan pergeseran dari politik identitas berbasis kelompok marginal ke arah politik simbol kekuasaan dan ketahanan. Dalam hal ini, PSI tampak mengikuti pola partai-partai besar di dunia yang mengubah simbol sebagai refleksi dari fase politik baru mereka. Contoh klasiknya adalah Partai Buruh Inggris yang menyegarkan identitas visualnya tiap kali terjadi perubahan arah strategi politik internal”

“Pergantian logo PSI juga tidak dapat dilepaskan dari dinamika internal partai. Munculnya figur-figur baru dalam kepemimpinan PSI beriringan dengan semakin dekatnya partai terhadap lingkar kekuasaan nasional, termasuk dalam konstelasi politik pemerintahan saat ini. Gajah menjadi simbol yang mewakili kesiapan PSI untuk bukan hanya menjadi partai oposisi atau idealis, melainkan bagian dari struktur kekuasaan yang riil” sambung Yunius menyampaikan filosofi partainya.

“Tentu saja, perubahan ini tidak lepas dari kritik. Sebagian pihak menilai pergantian simbol ini sebagai bentuk pengkhianatan terhadap nilai awal PSI. Namun dalam sejarah partai politik, perubahan simbol merupakan hal yang lazim dan bahkan diperlukan ketika partai tumbuh dan bertransformasi dari gerakan idealistik ke institusi politik yang ingin memegang kekuasaan secara nyata” lanjut Yunius.

“Dengan demikian, perpindahan dari mawar ke gajah harus dibaca sebagai bagian dari evolusi politik PSI, bukan sekadar pergantian grafis. Ia mencerminkan niat untuk naik kelas dalam politik nasional, sekaligus meninggalkan romantisme perjuangan menuju pendekatan real politik yang lebih strategis dan berjangka panjang”

“Seiring waktu, publik akan menilai apakah simbol gajah ini hanya kosmetik belaka atau benar-benar menjadi representasi dari perubahan karakter dan arah perjuangan politik PSI. Yang jelas, pergantian ini telah membuka babak baru dalam perjalanan simbolik dan ideologis partai di tengah pertarungan politik Indonesia yang kian kompleks” pungkas Yunius***

Jasa Pembuatan dan Maintenance Website Murah

Tinggalkan Balasan

Jasa SEO Murah Terdekat