Penulis : Yunius Suwantoro
Dalam upaya menciptakan ruang kota yang lebih hijau dan berkelanjutan, berbagai kota di dunia mulai mengadopsi pendekatan inovatif dengan menanam tanaman buah di sepanjang jalan perkotaan. Tidak hanya berfungsi sebagai elemen estetika dan penghijauan, tanaman buah memberikan manfaat ekologis, sosial, dan ekonomi yang signifikan. Pendekatan ini mendukung visi kota hijau (green city) yang memadukan aspek keindahan, ketahanan pangan, dan pelestarian lingkungan ujar Yunius Suwantoro kader PSI & Bendahara umum DPP Pemuda Nasionalis Marhaenis.
Secara ekologis, tanaman buah berperan penting dalam menyerap karbon dioksida (CO₂) dan menghasilkan oksigen. Seperti halnya pohon pelindung lainnya, pohon buah seperti mangga, jambu, dan rambutan mampu mereduksi polusi udara serta menurunkan suhu lingkungan melalui efek evapotranspirasi. Di kota-kota besar yang rentan terhadap efek pulau panas (urban heat island), keberadaan tanaman buah membantu memperbaiki kualitas udara dan menurunkan suhu secara signifikan ujar Yunius Suwantoro
Keuntungan tambahan dari penggunaan tanaman buah dibandingkan tanaman non-produktif terletak pada nilai ekonominya. Buah yang dihasilkan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar, baik untuk konsumsi langsung maupun untuk dijual kembali. Hal ini mendorong terciptanya ketahanan pangan lokal dan potensi pemberdayaan ekonomi komunitas urban, terutama masyarakat berpenghasilan rendah yang tinggal di sekitar lokasi penanaman.
Dari sisi sosial, keberadaan tanaman buah juga berpotensi mempererat interaksi sosial di lingkungan kota. Aktivitas memanen buah bersama dapat menjadi sarana edukasi lingkungan dan penguatan hubungan antarwarga. Beberapa kota bahkan telah mengembangkan konsep “urban edible landscape”, yaitu lanskap kota yang dapat dimakan, sebagai bagian dari strategi pembangunan berkelanjutan.
Namun, tentu terdapat tantangan dalam penerapan program ini, antara lain perawatan pohon, pengelolaan panen, serta kebersihan area sekitar. Tanpa manajemen yang tepat, buah yang jatuh ke jalan bisa menimbulkan sampah organik yang mengganggu. Oleh karena itu, diperlukan sistem pemeliharaan terpadu yang melibatkan dinas pertamanan, komunitas lokal, dan dukungan teknologi urban farming.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa jenis tanaman buah yang cocok ditanam di jalan perkotaan harus memiliki akar yang tidak merusak infrastruktur, serta memiliki kanopi yang memberikan naungan tanpa menghalangi lalu lintas. Studi dari Institut Pertanian Bogor (2023) menyarankan pohon buah seperti sawo, jambu air, dan kelengkeng sebagai jenis yang paling adaptif terhadap kondisi mikroklimat perkotaan Indonesia.
Dengan implementasi yang tepat, penanaman tanaman buah di jalan perkotaan tidak hanya mempercantik kota, tetapi juga membawa manfaat ekologis dan sosial yang nyata. Transformasi ini menunjukkan bahwa ruang publik dapat dimanfaatkan secara produktif tanpa mengorbankan nilai estetika dan kenyamanan. Kota yang menanam buah, sejatinya, sedang menanam masa depan yang lebih sehat dan inklusif bagi warganya***