Yogyakarta – Kabarnusa.id | Menanggapi wacana yang disampaikan Ketua Komisi C DPRD Kota Yogyakarta dari Fraksi Golkar Bambang Seno Baskoro di beberapa media yang pada intinya adalah bahwa untuk mengurai kemacetan di Kota Yogyakarta adalah menggunakan sistem suttle bus dimana bus bus pariwisata besar berhenti di terminal Giwangan dan masuk kota dengan kendaraan kendaraan kecil.
Terhadap wacana sistem suttle bus dengan kendaraan kendaraan kecil, maka Antonius Fokki Ardiyanto S.IP selaku Ketua Ikatan Sarjana Rakyat Indonesia ISRI Kota Yogyakarta menyatakan pandangan yang berbeda. Menurut Fokki sistem suttle bus dengan kendaraan kendaraan kecil malah menimbulkan kemacetan yang lebih parah disaat liburan karena jumlah kendaraan sutle semakin banyak dan pertanyaan lanjutannya adalah kendaraan sutle mau parkir dimana. Logika sederhana dengan kapasitas satu bus 50 orang maka dibutuhkan 10 kendaraan sutle untuk mengangkut mereka betapa semakin ruwetnya jalanan kota itu baru 1 bus.
Pandangan kami selaku organisasi sarjana yang berwatak marhaenisme adalah : pertama, tertiblah berlalu lintas dan rekayasa trafik perjalanan bus pariwisata ke kantong kantong parkir yang sudah disiapkan dan sesuaikan dengan tujuan obyek wisata. Kedua, jalan sepanjang malioboro jadikan sebagai kawasan tidak bermotor full 24 jam termasuk bentor tetapi yang boleh masuk adalah transportasi umum semisal bus trans jogya, andong dan becak listrik. Dan ketiga membangun sistem transportasi lokal sesuai dengan perda yang sudah disahkan DPRD periode 2014-2019.
Harapannya ketika kebijakan diambil secara komprehensif maka persoalan kemacetan di Kota Yogyakarta di saat libur panjang seperti libur Idul Fitri dapat terurai dan wisatawan bisa menikmati suasana Kota Yogyakarta yang penuh keguyuban dan cita rasa seni serta kebudayaan yang adiluhung seperti lagu Yogyakarta Katon Bagaskara.***(Dpras)