Pilkada DKI yang kental tarik ulur kepentingan politik nasional akhirnya menghasilkan 3 paslon yang “agak laen” di luar prediksi sebagian besar pengamat sebelumnya. Ridwan Kamil (RK) berpasangan dengan Suswono berebut suara melawan paslon independen Dharma Pongrekun – Kun Wardana dan paslon Pramono Anung – Rano Karno yang mendaftarkan diri di KPU pada hari terakhir.
Spekulasi Ahok atau Anies sebagai Cagub DKI buyar dengan dipilihnya sosok Pramono Anung.
Menariknya lagi dari sisi popularitas ketiga kubu bukan berhadapan sesama calon gubernurnya. Duo RK (Rano Karno dan Ridwan Kamil) lebih dikenal publik daripada 4 nama lainnya.
Pilkada DKI kali ini pada akhirnya lebih cenderung beradu popularitas, daripada visi misi yang dari dulu tidak pernah berubah hanya beda bahasa slogan. Siapa paslon yang paling dominan tampil dan dikenal, kemungkinan besar akan menang.
Peran penting Parpol kemarin hanya riuh di persyaratan administrasi di KPU sudah selesai. Mahar untuk Parpol dari inisiator paslon sudah selesai di rekening pemilik kursi DPRD yang diperhitungkan untuk membayar hutang cost politik Caleg Pemilu sebelumnya.
Selanjutnya mesin partai kemungkinan tidak berfungsi maksimal karena suara pemilih belum tentu murni suara Parpol pendukung. Urusan warga Jakarta dengan Kepala Daerahnya bersifat individu, bukan mewakili kepentingan Parpol
Pilkada selalu melahirkan sentimen, bagaimana timses menciptakan sentimen antar paslon sebagai alasan pemilih menetapkan suaranya. Dalam anasir inilah Rano Karno berada di atas angin diantara kelima nama lainnya. .
Si Doel adalah tuan rumah bagi warga Jakarta, mewakili spirit kultur Betawi yang terpinggirkan karena arus urbanisasi. Si Doel menjadi market sosial yang tidak tertandingi sebagai bentuk popularitas.
Bagaimana dengan “Bobotoh” Kang Emil yang kini sedang sibuk mencuri perhatian The Jakmania? Perseteruan El Classico The Viking dan Jakmania adalah ceruk dukungan berdasarkan sentimen. The Viking sedang bermain tandang di markas Jakmania sudah pasti menjadi kegelisahan Kang Emil, kata lain dari mentok ide. Tribun penonton didominasi tuan rumah itu aturan hukum yang berlaku dalam sebuah pertandingan.
Perhitungan sugesti sosial, Si Doel akan menang mudah di Jakarta. Warga Jakarta akan familiar dengan tagline “Pilih Si Doel” daripada tunduk pada guyuran bansos dari KIM Plus. Terima Bansosnya coblos Si Doelnya bukan sebuah dosa politik di era perlawanan Demokrasi yang sedang gencar-gencarnya terjadi.
Dalam perang dingin pendukung Ahok dan Anies di Jakarta, Si Doel muncul menjadi katarsisnya. Minimalnya Pilkada DKI kali ini tidak lagi diwarnai politik identitas ayat dan mayat.