Bekasi – Kabarnusa.id | Kontroversi kerusakan alam akibat kegiatan tambang nikel di kabupaten Raja Ampat menuai banyak tanggapan. Salah satunya Ormas lintas, agama budaya dan Tradisi Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu (PNIB.
Melalui ketua umumnya AR Waluyo Wasis Nugroho atau yang akrab dipanggil Gus Wal, mengutuk keras kegiatan penambangan yang merusak lingkungan.
“Penggalian SDA yang dilakukan oleh pihak asing selalu meninggalkan dampak negatif. Baik kerusakan alam maupun konflik sosial. Raja Ampat termasuk kawasan konservasi alam, tempat habitat laut yang langka di dunia. Apakah tidak ada tempat lain yang bisa digali? Kawasan Indonesia Timur tiap jengkal dan pulaunya mengandung SDA, mengapa kawasan wisata juga disikat tanahnya hanya untuk kepentingan asing?” ungkap Gus Wal dengan nada geram saat diminta tanggapannya oleh awak media yang menghubungina via sambungan telepon.
Gus Wal juga mengingatkan agenda tersembunyi di balik bisnis tambang yang semena-mena. Menurutnya keuntungan hasil tambang lebih banyak mengalir ke kelompok tertentu daripada untuk kesejahteraan warga sekitar.
“Penambangan ugal-ugalan yang dilegalkan oleh pemerintah sudah pasti berbicara keuntungan. Dan fakta yang terjadi, warga sekitar hanya jadi buruh dan kuli pertambangan yang masih jauh dari kata sejahtera. Cuan triliunan hasil tambang selalu mengalir ke kelompok oligarki tertentu, warga sekitar cukup dikasih recehan saja,. Itukah yang dinamakan keadilan?” imbuh Gus Wal.
PNIB akan terus menyuarakan penolakan tambang yang tidak berkeadilan bagi masyarakat. Bagi PNIB persoalan tambang sangat sensitif bagi kesenjangan sosial yang masih terjadi di Indonesia.
“Suara ormas-ormas lain penerima konsesi tambang kini mendadak sepi. Tapi kami akan terus menyuarakan keadilan yang selama ini dimanipulasi atas nama undang-undang. Kepentingan asing sangat kental dalam turut serta merusak keharmonisan masyarakat. Warga terpecah belah antara yang menolak tambang atas nama keadilan dengan warga yang mendukung tambang karena amplop. Potensi gesekan sosial sangat mungkin terjadi dan ini yang harus diwaspadai sebagai kerusakan sosial” lanjut Gus Wal
“Jika kita cinta tanah air dan bangsa tidak mungkin menjual kekayaan alam sendiri karena itulah anugerah Tuhan kepada bangsa yang besar ini. Kita sesungguhnya mampu mengolah sendiri, namun barangkali pemerintah tidak mau repot dan memilih bekerja sama dengan asing yang akhirnya berdampak seperti sekarang ini” pungkas Gus Wal.