Wonosobo – Kabarnusa.id | Nama lengkapnya Muhammad Murtado, lahir 41 tahun lalu dari pasangan Bp. Fatoni dan Ibu Jariyah. Menikah pada tahun 2008 dengan perempuan asal Yogjakarta bernama Miftah Rahmi Asneli.
Dari pernikahannya lahirlah 3 anak : Syauqiya Nabila Syafi anak pertama mondok di Pondok Gontor Putri 3 kelas 5, Shoufiya Nafisa Syafi anak kedua masih kelas 4 SD dan Sazia Nusaiba Syafi anak bungsu berumur 3,5 tahun.
Murtado kecil berada dalam lingkungan agamis pesantren yang diasuh oleh Kyai Imam Mualif, pamannya sendiri. Murtado remaja sempat mondok di PP Al Falah Binangun Wonosobo dan Pondok Pesantren Al Anwar Jawar Mojotengah Wonosobo.
Muhammad Murtado menempuh pendidikan formal di SD Negeri 3 Dempel. Meneruskan ke SMP Ma’arif Kalibawang dan lanjut ke MAN 1 Wonosobo. Selepas itu Murtado kuliah di UNSIQ Fakultas Syari’ah dan Hukum pada Prodi Ahwal Syakhshiyah, lulus tahun 2008. (Semua ijazahnya asli…. Hehe)
Ustadz Murtado menapaki dunia bisnis yang penuh tanjakan dan tikungan semenjak masuk kuliah di UNSIQ. Meskipun diakui bisnisnya itu tidak dilakukan dengan serius, namun pada tahun 2013 mulai serius dengan membuka Toko Material “Bening Qolbu” di Kalibawang. Sukses buka 1 toko lalu Ustadz Murtado membuka cabang di Sapuran.
Pada 2017 Ustadz Murtado mendapat tawaran dari Pengasuh Pondok Pesantren Al Mubaarok Manggisan, Romo Kyai Haji Nur Hidayatulloh menjadi kontraktor pada pembangunan gedung pesantren, ruang kelas dan asrama. Meskipun awalnya tawaran tersebut dirasa sangat berat karena tidak punya skill sama sekali di bidang itu namun “ndherek dhawuh Kyai”, Ustadz Murtado dengan mengucap Bismillah menerima, bersama keyakinan bahwa Allah yang menggerakkan menjadi kontraktor.
Totalitas Tanpa Batas
Menjalani pekerjaan baru sebagai kontraktor membuat Sang Ustadz mencurahkan segenap pikiran, tenaga dan waktunya secara totalitas. Pelan tapi pasti ia menguasai seluk beluk kerjaan kontraktor dan menjadi expert. Berawal dari mengerjakan proyek bernilai puluhan juta di PP Al Mubaarok, meningkat menjadi proyek bernilai ratusan juta, kini proyek bernilai puluhan miliar telah sanggup dikerjakan dengan baik.
Kemampuan menggarap proyek dengan baik tersebut membuat BMT Al Huda Wonosobo kepincut untuk mendelegasikan penggarapan proyek properti rumah di daerah Sidojoyo dan Singkir kepada Ustadz Murtado. Dengan pengalaman kesuksesan sebelumnya beliau menyelesaikan proyek properti tersebut sebaik-baiknya
Totalitas pada proyek-proyek yang dikerjakan membuat usaha awal Toko Material Bening Qolbu menjadi kurang perhatian. Supaya semua dapat berjalan lancar maka beliau memutuskan dengan kesadaran tinggi: pengelolaan Toko Material Bening Qolbu diserahkan full kepada pegawainya.
Roller Coaster Kehidupan
Mungkin orang melihat takjub pada kehidupan Ustadz Murtado yang laksana sinetron, nampak mulus berada pada level tinggi. Punya bisnis Toko Material yang eksis dan bidang usaha kontaktor yang moncer boleh jadi menjadi fantasi kemewahan duniawi yang merupakan dambaan banyak orang. Kondisi seperti itu yang orang Jawa bilang: “wang sinawang”, kita terpesona dengan kehidupan orang lain namun kita tak tahu bahwa dalam episodenya ada yang berdarah-darah.
Demikian pula Ustadz Murtado, fase kehidupannya bagai dalam roller coaster, berada pada tempat yg paling tinggi lalu tiba-tiba dihempaskan pada keadaan terendah. Ustadz Murtado pernah menerima konsekuensi akan diperkarakan di jalur hukum atas kesalahan kebijakan saat mengelola lembaga keuangan. Menerima konsekuensi berhutang milyaran rupiah akibat kesalahan dalam mengelola keuangan bisnisnya. Juga sederet kerugian pengerjaan proyek atas kejadian yang tidak terprediksi atau musibah bencana.
Cermin Inspirasi
Menjalani hidup dengan berpedoman ajaran adiluhung agama dan inspirasi tokoh sukses, juga organisasi yang produktif akan membantu seseorang untuk punya rasa percaya diri, semangat berjuang mencapai tujuan dan menumbuhkan sikap positif. Banyak tokoh yang layak menjadi panutan, namun yang paling inspiratif bagi Ustadz Murtado adalah Sholah Athiyah, seorang insinyur pertanian dari dusun Tafahna Al Asyraf Mesir. Pada ranah organisasi, kiprah Yayasan Utsman bin Affan dari Arab Saudi dipilih Ustadz sebagai rujukan dalam gerak langkah amal ibadah.
Turning Point Of Live
Kehidupan yang kita jalani berisi lakon yang sangat dinamis dimana baik dan buruk saling tarik menarik , ada saatnya benar dan di lain waktu salah, yang membuat catatan pahala dan dosa kita saling berkejaran. Kenisbian kita sebagai manusia acap menarik kita kuat-kuat dalam salah , buruk, berujung dosa. Yang pada gilirannya membuat hidup seseorang berada dalam titik rendah roller coaster keterpurukan hidup.
Pada titik ini banyak orang yang tidak kuat, sementara orang yg bermental pemenang akan menemukan hidayah Allah berupa kesadaran menggapai “Turning Point Of Live” alias “Titik Balik Kehidupan”.
Fase titik balik Ustadz Murtado berawal pada suatu pagi saat membaca Al Qur’an. Beliau tercenung ketika membaca ayat yang membahas tentang riba. Padahal ayat itu sebelumnya bolak-balik dibaca tak berefek apa-apa, namun pagi itu seolah ada kekuatan yang menuntun beliau utk memperhatikan makna ayat tersebut hingga terbersit dalam benaknya bahwa kesalahan yang menyebabkan keterpurukan itu karena bisnis yang dijalankan belum mengikuti petunjuk Allah sesuai makna ayat yang dibacanya. Episode selanjutnya membawanya pada sebuah acara workshop yang kemudian diketahui diselenggarakan oleh IIBF : Indonesian Islamic Business Forum.
Manajemen Bening Qolbu
Berawal dari ikut workshop “How to be debt free”, Ustadz Murtado melanjutkan Tholabul Ilmi pada kurikulum rancangan IIBF seperti: fundamental bisnis, literasi finansial, business mastery, dan seterusnya. Di IIBF Ustadz Murtado ditempa menjadi pribadi dan pebisnis yang baik dan benar, berkarakter kuat serta bermental kaya yang mencakup disiplin diri, disiplin muslim, disiplin bisnis, dan disiplin keuangan.
Bersama komunitas dan jaringan orang-orang yang telah tercerahkan di IIBF maka kehidupan dan bisnis Ustadz Murtado berada dalam ‘maqoman mahmuda’ dari fase waktu titik balik hingga sekarang. Walau tetap ada masalah namun dengan kematangan dan pengalaman semua masalah itu berujung solusi.
Meski ilmu dari IIBF sangat berpengaruh dalam diri Ustadz Murtado namun dari interaksi dengan beliau, penulis menemukan kekhasan ilmu dan implementasi tersendiri yang membuatnya menjadi semakin berkarakter. Penulis menyebut sebagai: Ilmu Manajemen Bening Qolbu (penulis ambil dari nama Toko Material milik Sang Ustadz) yang merupakan ekstraksi dan intisari dari berbagai sumber.
Manajemen Bening Qolbu ala Ustadz Murtado diantaranya: mendefinisikan diri sebagai hamba Allah yang diperjalankan, berusaha tidak mendikte Allah dalam urusan hasil, melatih diri untuk ridho pada qodho dan qodar, menghindari meminta sesuatu yang spesifik dalam berdo’a, memahami bahwa setiap yang diberikan Allah adalah yang terbaik, menjadi kaya dengan hati bersih, kekayaan itu bukan berapa banyak harta yang dikumpulkan dan dimiliki namun banyaknya harta yang diberikan untuk ummat, Allah hanya butuh keseriusan kita sehingga ketika kita serius maka pertolongan Allah pasti datang, mengambil hasil bisnis secukupnya untuk biaya hidup dan sisanya dipersembahkan bagi keperluan fii sabilillah.
Sosok Ustadz Muhammad Murtado adalah orang yang open mind, suka dialog, luwes dan menghormati perbedaan. Hal itu tercermin dalam kehidupan rumah tangga dan mu’amalahnya. Sebagai Nahdliyyin yang Ketua MWC NU Kecamatan Kalibawang malah beristri orang Muhammadiyah. Di sela kesibukannya sebagai pebisnis, sesekali mengisi acara IIBF lokal atau menjadi narasumber di Komunitas Pengusaha Muslim Wonosobo (KPMW).
Saat ini telah dan sedang berjalan gerak langkah ‘fii sabilillah’ di bidang pendidikan bernama “Miftahurridho” yang berlokasi di desa Dempel yaitu Madrasah Tsanawiyah, pembangunan gedung baru Madrasah Aliyah dan pesantren yang dibiayai mayoritas dari hasil keuntungan bisnis Ustadz Murtado. Tercatat hanya sekitar 5% saja yang merupakan sumbangsih pihak luar.
Barakallah Fiik Ustadz Murtado.
–
Laporan Jurnalis : Irham Haros
Editor : Prasetyo