Scroll untuk baca berita
Jasa Halaman 1 Google Jasa SEO Murah
Papua TengahWawancara Khusus

Aktifis Lingkungan Soroti Limbah PT Freeport, Deposit Pasir Tailing Diperkirakan Sebanyak 2,6 Milyar Ton

90
×

Aktifis Lingkungan Soroti Limbah PT Freeport, Deposit Pasir Tailing Diperkirakan Sebanyak 2,6 Milyar Ton

Sebarkan artikel ini
Hamparan limbah tailing pertambangan emas PT Freeport Indonesia (Foto Dok. KN)

Jakarta – Kabarnusa.id | Kejayaan tambang emas terbesar di dunia, PT Freeport Indonesia (PTFI) selama lebih dari 3 dekade menimbulkan persoalan kerusakan lingkungan yang belum teratasi. Penguasaan saham 51% oleh Pemerintah Indonesia tidak lantas bisa menerapkan kebijakan terkait dampak limbah tambang PTFI.

Menurut Manajer Environment Central System and Project PTFI Robert Sarwom, rata-rata produksi tailing perusahaan itu mencapai 240 ribu ton per hari. Saat ini area pengendapan tailing itu mencapai sekitar 23.000 ha dengan ketebalan timbunan tailing mencapai sekitar 7 meter.

Jika dikalkulasi 240.000 ton/hari maka selama setahun PTFI menghasilkan 87,6 juta ton tailing. Dan selama 30 tahun deposit endapan tailing tercatat sebesar 2,6 milyar ton.

PTFI melakukan program reforestasi dengan penanaman mangrove sejak tahun 2004 dengan jenis Rhizophora mucronata. Total lahan yang ditanami hingga November 2024 mencapai 1.115 ha, dan saat ini telah terbentuk ekosistem mangrove secara alami seluas 1.100 ha lebih.

“Target penanaman per tahun sejak tahun 2023 adalah 500 ha. Kami berkomitmen menanam 10.000 ha,” kata Robert.

Aktifis lingkungan hidup Pubo Satrio menanggapi solusi reboisasi area taling oleh PTFI masih jauh dari harapan. Menurutnya 10 ribu hektar dikonservasi penanaman mangrove dianggap tidak efektif karena 87,6 juta ton tailing masih rutin mengalir tiap tahun

“Kecepatan menanam mangrove akan kalah cepat dengan kiriman 240.000 ton tailing tiap hari. Begitu pula pemanfaatannya menjadi bahan bangunan dan material jalan, hanya menyisir sebagian kecil pinggir lautan tailing” jelas Purbo yang juga kontributor jurnalis National Geographic yang sudah beberapa kali berada di lokasi tailing.

Purbo berharap ada terobosan baru dari Pemerintah Mimika untuk mengolah tailing dalam skala besar. Dalam laporan Fiasibility Study sebuah perusahaan swasta membuka fakta bahwa dalam butiran pasir tailing terkandung unsur Besi (Fe) lebih dari 60%

“Limbah tailing jika mau mengolah sebenarnya berkah bagi Pemda Mimika. Membuka kran investasi dari luar negeri paling memungkinkan pemanfaatannya dalam skala besar. Rantai industri pertambangan hanya bisa terjadi saat ada “will” dari para stake holder” imbuh Purbo.

Problem klasik industry pertambangan konsekwensi kerusakan ekosistem yang pasti terjadi. Teknologi memungkinkan untuk upaya meminimalkan dampak agar tidak semakin meluas. Tidak untuk menghapus resiko dari penggalian lubang-lubang tanah bernilai ekonomis***

Laporan Jurnalis : Dahono Prasetyo

Editor : Ernawan

Jasa Pembuatan dan Maintenance Website Murah

Tinggalkan Balasan

Jasa Halaman 1 Google Jasa SEO Murah